Rasisme menimbulkan trauma parah pada individu Kulit Hitam, Pribumi, dan Kulit Berwarna (BIPOC). Secara emosional, trauma ini bermanifestasi sebagai depresi, kemarahan, dan kesedihan. Secara mental, hal itu bermanifestasi sebagai kecemasan, kebingungan, dan stres. Secara fisik, hal ini bermanifestasi sebagai kelelahan, kewaspadaan berlebihan, dan peradangan. Secara spiritual, hal ini diwujudkan dalam bentuk rasa malu, rendah diri, dan hilangnya identitas. Namun, karena definisi masyarakat tentang trauma sering kali gagal mencakup pengalaman orang kulit berwarna, rasisme diabaikan sebagai bentuk pelecehan yang menimbulkan luka mendalam.

Ketika individu BIPOC mencoba memproses rasisme yang kita alami, orang-orang di sekitar kita sering kali membuat kita merasa seperti sedang membayangkan pengalaman atau membesar-besarkan rasa sakit kita. Kenyataannya adalah, masyarakat pada umumnya kurang memiliki pemahaman yang mendalam tentang berbagai bentuk rasisme, seperti rasial gaslighting, ras lain, kekerasan rasial, ketakutan rasial, agresi mikro rasial, atau sikap apatis rasial. Kurangnya pemahaman ini membuat kami semakin sulit mendapatkan dukungan yang kami perlukan.

Bagian dari pekerjaan kita sebagai pendidik, penyembuh, pengasuh, organisator, teman, dan pekerja kreatif – sebagai anggota komunitas – adalah memperdalam pemahaman kita tentang bagaimana rasisme memanifestasikan dan merugikan kita sehingga kita dapat membangun strategi individu, antarpribadi, dan institusional. untuk membantu kita lebih mendukung luka rasial satu sama lain.

Hal ini merupakan wujud kepedulian masyarakat yang mendalam. Ada kekuatan dalam kemampuan mengidentifikasi berbagai bentuk rasisme, memahami bagaimana bentuk-bentuk rasisme berdampak pada kesejahteraan kita, dan memiliki alat untuk membongkarnya. Hal ini memastikan bahwa alih-alih individu BIPOC merasa tidak terlihat, tidak didengar, dan ditegakkan saat mencari dukungan untuk trauma rasial – kita merasa aman.

Seperti yang dikatakan Thich Nhat Hanh, “Komunitas perlawanan harus menjadi tempat di mana masyarakat dapat kembali ke diri mereka sendiri dengan lebih mudah, dimana kondisinya sedemikian rupa sehingga mereka dapat menyembuhkan diri mereka sendiri dan memulihkan keutuhan mereka.” Kami berhak berada dalam komunitas dengan orang-orang yang dapat membantu kami memulihkan. Kita berhak berada dalam komunitas dengan orang-orang yang dapat membantu kita melawan. Kami berhak berada dalam komunitas dengan orang-orang yang dapat membantu kami membangun kembali.

Pesan terlebih dahulu buku “Kesehatan Rasial,” untuk mempelajari lebih lanjut tentang cara menyembuhkan trauma rasial.

Jacquelyn Ogorchukwu Iyamah adalah pendiri Menjadikan Tubuh sebagai Rumah dan penulis Kesehatan Rasial.

Source :mhanational.org

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *